Khas Kalsel



Ada banyak hal unik yg sy temui selama 11 hari (3 - 14 Maret 2018) di Kalsel ini:
1. Tanda ada pesta pernikahan yg di jawa biasanya berbentuk janur kuning, kalsel beda gaya yakni berupa spanduk kecil berwarna dg gambar kedua mempelai dan namanya.

2. Sewaktu sholat jumat di Tapin,khutbahnya 30 menit dan dzikir bersamanya lama juga.Hampir seluruh jamaahnya berpakain busana muslim berwarna putih kecuali saya yg pake batik dan anggota TNI/Polri yg memakai seragamnyaπŸ˜ƒ

3. Saya baru paham ternyata Martapura adalah kota religius mirip Aceh,di kota ini dulu tinggal ulama besar bernama Syekh Arsyad Al Banjari di tahun 1500 an,dan memiliki keturunan yg jg ulama karismatik yakni Guru Sekumpul

4. Martapura dan Banjarbaru walau berbatasan langsung namun suasana kotanya berbeda sekali,Martapura  yg kebanyakan asli banjar terlihat religius dan krg berkembang ekonominya sedangkan Banjarbaru lebih banyak pendatang dan lebih banyak mall,kafe dan tempat makan.

5. Logat Banjar yg khas jika mengucapkan,"Terima kasih ya,Pak" akan diucapkan org Banjar dg ucapan,"Terima kasih,Pak  lah". Ada imbuhan "lah" yg sering digunakan...

6. Sasirangan adalah kain khas Banjar yg bisa dipakai oleh pria dan wanita. Ada festival tahunannya yg tersedia diskon besar.

7. Jam kerja kantor pemerintah biasanya jam 7.30 - 16.00 WITA.

8. Sate jd menu sarapan di kalsel ini

9. Dari sekian banyak PNS Kalsel yg saya temui,sebagian besar pinter pinter dan sangat melayani

10. Keberanian pemda kalsel memindahkan pusat pemerintahannya dari Banjarmasin ke Banjarbaru layak diapresiasi krn ini membuat Banjarbaru tumbuh lebih cepat ekonominya skrg.πŸ‘πŸ˜ƒ

Pasar Tarapung



Saya baru paham ternyata setidaknya ada 3 Pasar Tarapung di Banjarmasin:
1. Muara Kuin
2. Lok Baintan
3. Siring

Salah satu yg asli dan sudah terselenggara berabad abad adalah Pasar Lok Baintan yang lokasinya sebenarnya di kabupaten Barito Kuala,daerah yang berbatasan dengan Kota Banjarmasin.

Sehabis subuh saya bertolak menggunakan gojek dari penginapan di daerah Siring,perjalanan sekitar 30 menit.Lokasinya masuk pemukiman penduduk yang sederhana.Setelah memasuki kawasan,kami berhenti di tempat persewaan kapal klotok.Tarifnya 100 rb per trip per kapal,abang gojeknya enggan ikut shg jadinya saya berangkat sendiri dg nahkodanya berdua.Kami isi solar dulu di sebuah toko kelontong,satu kali trip butuh 7 liter solar kata Pak Ahmat sang nahkoda.

Sekitar 1 km berlayar yg dihiasi oleh pemandangan ibu ibu yg lagi mandiπŸ˜ƒ, kami pun sampai di lokasi pasarnya. Tiba tiba saya diampiri 2 kapal penjual buah buahan yg didayung oleh ibu ibu perkasa. Selain skill menjual,ibu ibu ini harus punya skill mendayung yg jago sehingga bisa langsung mendekati kapal pembeli yg sedang berkunjung

Saya pikir selama ini pasar ini statis dan hanya berhenti di satu tempat,ternyata tidak,kapal para penjual ini menempuh satu titik dari Lok Baintan ke Sungai Madang secara pelan pelan sepanjang 2 km dr jam 5.30 hingga jam 8.00 WITA. Saya benar benar merasakan pengalaman yang WOW karena merasakan hal baru dr budaya bangsa kita.

Setelah puas menikmati suasananya,saya balik ke penginapan untuk melihat Pasar Tarapung di Siring yg dekat dengan tempat menginap saya. Suasananya berbeda dg di Lok Baintan,disini pembeli tidak perlu naik kapal klotok karena penjualnya berhenti di satu tempat saja.