Tour de Sumatera Hari ke-11
Pihak penginapan menyediakan lontong sayur dan teh manis sebagai menu sarapan,kejutan yg menyenangkan sebelum berangkat sholat Ied. Lokasi sholat Ied dg jumlah peserta terbesar ada di Lapangan Merdeka yg juga dihadiri oleh Pak Walikota,jam 7.00 saya menuju ke sana,dan ternyata ada banyak penjual sate padang di sekitar lokasi. Karena kondisi jamaah masih relatif sepi,saya putuskan untuk menikmati sate padang seharga Rp 20.000,kata penjualnya ini sate padang asli Alahan Panjang.
Suasan Sholat Ied di Lapangan Merdeka Solok |
Para Pedagang Sate Yang Berjualan di Sekitar Lapangan Merdeka Solok di Kala Sholat Ied |
Setelah itu saya mencari posisi untuk sholat dan hal yg menarik perhatian saya adalah adanya anggota pramuka yg dilibatkan dlm penarikan infaq. Setelah sholat,ada khutbah dengan tema hoax,mungkin ini karena Solok mencuat karena kasus persekusi kemarin.
Setelah itu saya menuju penginapan,beristirahat dan berjalan jalan keliling akt pusat kota untuk mengamati kondisi Solok ktk lebaran. Lalu saya balik ke penginapan untuk bersiap menuju Sawahlunto,yg lokasinya sekitar satu jam dari Solok.
Pedagang Kopi di Solok |
Sekitar jam 11.00 saya berjalan kaki sekitar 45 menit ke lokasi dimana terdapat mini bus ke Sawahlunto.Saya berhenti di sebuah gerobak tukang sate Daguang Daguang asli Payakumbuh,dan mencobanya dg harga lebih murah,Rp 13.000 saja. Lalu syaa bertanya dimana lokasi mini bus menuju Sawahlunto,katanya belum ada mini bus ke Sawahlunto yg lewat mungkin karena hari pertama lebaran shg banyak sopir yg libur.Tapi si tukang sate menyarankan saya menunggu di pool travel,siapa tahu ada travel yg ke sana.
Saya pun menuju ke lokasi pool travel dan menunggu kendaraan yg ke sawahlunto,ternyata saya beruntung karena tidak lama kemudian ada mobil angkutan umum yg menuju ke Sawahlunto dan saya cukup membayar Rp 10.000 saja untuk ke sana.
Sekitar satu jam,saya pun nyampe ke pusat kota Sawahlunto,tata kotanya mirip dengan kotan Banf yg pernah saya kunjungi ketika ke Kanada tahun 2011 dulu. Kata petugas wisatanya, tata kota ini mirip di Belanda,banyak gedung peninggalan Belanda di Kota ini. Kota yg dulunya terkenal dengan produksi batubara ini juga menyajikan wisata bekas tambang batubara seperti gedung ransoem,lokasi sumur penggalian batubara,kerajinan dr bahan batubara. Saya mengunjungi lokasi penggalian dan gedung ransoem tersebut tapi hanya dari luar karena sedang tutup,saya pun jg berkunjung ke Museum Kereta Api Sawahlunto yg dulunya stasiun.
No comments:
Post a Comment