Tour de Sumatera Hari ke-2
16 Juni 2017
 |
Tanjung Kelayang |
Hari kedua saya gunakan untuk mengunjungi Tanjung Tinggi,pantai dengan batu batu raksasa yang ada di film Laskar Pelangi,selanjutnya saya menuju ke Tanjung Kelayang yang lokasinya tak berjauhan. Saya menggunakan sepeda motor untuk menuju lokasi dengan tarif sewa Rp 70.000 per hari yang saya peroleh dari salah satu petugas penginapan. Lokasi kedua pantai ini ada di Belitung Utara dan tidak jauh dari pusat kota,hanya sekitar 45 menit menuju ke lokasi.Sepanjang perjalanan saya banyak melewati hutan dan kampung secara silih berganti,juga saya jumpai banyak rumah yang dijadikan homestay. Tanjung Tinggi belum dikelola dengan profesional berbeda dengan Tanjung Kelayang yang lebih tertib dan profesional pengaturannya. Banyak perahu yang bersandar di Tanjung Kelayang yang biasanya bisa dipakai untuk mengunjungi pulau pulau kecil di sekitar Pulau Belitong seperti Pulau Lengkuas misalnya, tarifnya sekitar Rp 400.000,jadi akan lebih hemat kalo membawa rombongan.
 |
Tanjung Tinggi |
 |
Batu Batu Besar Tanjung Tinggi |
 |
Tanjung Tinggi |
Saya tidak terlalu lama di kedua pantai tersebut,hanya sekedar ambil beberapa foto saja,setelah itu saya balik ke penginapan. Jam 14.30 saya memutuskan untuk mengunjungi Museum Tanjung Pandan yang lokasinya tak jauh dari pusat kota,koleksi museum ini berupa senjata jaman kerajaan,maket penambangan timah,berbagai jenis batuan hasil penambangan,berbagai jenis satwa yang dijumpai di Belitong. Ada satu ruangan dalam museum ini yang berisi barang-barang hasil penemuan harta karun di bawah laut seperti berbagai jenis keramik produksi China misalnya,memang di sekitar Pulau Belitong banyak dijumpai barang-barang hasil pengangkatan kapal yang karam di masa lalu.
 |
Museum Tanjung Pandan |
 |
Salah satu hasil penemuan harta karun di perairan Belitung |
Perjalanan saya lanjutkan dengan berkeliling kota untuk mencari hal-hal unik dan menarik dari Pulau Belitong,seperti lokasi makanan khas Belitung yang akhirnya saya temukan Mie Belitung Atep yang lokasinya tak jauh dari penginapan saya. Atau juga beberapa toko kecil semi permanen yang menjual ikan di pinggir jalan, saya juga jumpai banyak warung kopi bertebaran di kota Tanjung Pandan ini, tampaknya aktivitas ngopi telah jadi budaya kental di Pulau ini. Ada satu lagi yang unik adalah cara menjual bensin di kota ini ada yang berbeda dengan bensin eceran di Jakarta, mereka menggunakan drum dengan ukuran agak besar terus dituangkan ke gelas ukur dengan ukuran 1 liter atau 2 liter baru setelah itu dimasukkan ke motor.
 |
Gelas ukur 2 liter bensin eceran |
 |
Etalase bensin eceran |
Menjelang maghrib saya balik ke penginapan dan menikmati hidangan takjil yang disediakan oleh pihak penginapan,setelah itu saya mencari sop buah dan menuju warung Mie Belitung Atep untuk berbuka puasa. Mie Belitung Atep ini tampaknya memang jadi ikon Kota Tanjung Pandan,banyak tokoh terkenal telah menikmati mie ini seperti Megawati,Cinta Laura,Andrea Hirata,dll. Satu porsi mie belitung plus satu teh tawar hangat ternyata hanya Rp 17.000 saja. Lalu saya menuju ke warung kopi di sebelahnya untuk mencoba teh susu seharga Rp 5.000.
 |
Ruangan Mie Belitung Atep |
 |
Mie Belitung Atep |
Setelah itu saya balik ke penginapan untuk nonton bulutangkis Indonesia Open 2017 sambil ngobrol dengan Pak Bowo yang telah menjelajah ke pulau pulau terluar untuk memasang genset bagi perusahaan distributor genset tempat beliau bekerja dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menyinari pulau pulau terluar Indonesia. Mendengarkan suka duka pekerjaan beliau yang sangat menarik dan juga cerita tentang anaknya yang cerdas.
Malamnya saya mencoba nasi goreng Surabaya untuk mengetahui seberapa mahal bedanya dengan yang di Jakarta,ternyata untuk menu yang sama yakni nasgor plus telor harganya Rp 15.000. Lalu saya nongkrong di warung kopi di sekitar pelabuhan Tanjung Pandan dan berkenalan dengan Pak Faisal,seorang tukang ojek yang asli Meulaboh-Aceh dan telah tinggal di Belitong selama 10 tahun.
No comments:
Post a Comment