Hari ke-13: Padang

Tour de Sumatera Hari ke-13
27 Juni 2017

Tadinya saya mo semalam saja di kota Padang tapi saya putuskan untuk menambah semalam lagi karena melihat ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari kota ini,ditambah ada teman kuliah saya,Yoga yang akan berkunjung ke kota ini siang ini dan mengajak untuk ketemu.
Hari ini saya mulai dengan berjalan jalan pagi di daerah penginapan,saya memulai rute di Taman Diponegoro dan Museum Adityawarman lalu saya lanjutkan ke Jalan Gereja dimana banyak bangunan gereja yang menarik disini.Saya lanjutkan perjalanan ke Jalan Pondok,saya menjumpai Restaurant Pagi Sore yang berdiri sejak 1949.Saya kembali ke lokasi Es Durian Ganti Nan Lamo dan mencoba Kopi di dekatnya,dari info si ibu pemilik kedai kopi,saya menuju lokasi Kampung Cina.

Saya lalu menuju ke lokasi Kampung Cina dimana banyak warung kopi dan klenteng selain itu ada Pasar Tanah Kongsi yang dulunya hanya dikhususkan untuk etnis Tionghoa tapi sekarang sudah untuk semua etnis. Setelah berkeliling ke Pasar Tanah Kongsi,saya memutuskan mencoba ketupat sayur dengan lauk telur bulat seharga Rp 8.000 saja.
Setelah itu saya teruskan eksplorasi Kampung Cina dan mengamati bagaimana orang-orang beretnis Tionghoa ini bahkan berbicara bahasa Minang diantara mereka,saya juga melihat sudah biasa antara yang etnis Tionghoa dengan non etnis Tionghoa duduk semeja untuk menikmati sarapan bersama, ada banyak juga penjual di pasar yang beretnis Tionghoa dan melayani pembeli yang non Tionghoa. Sebelum balik ke penginapan saya memutuskan untuk membeli jeruk 1 kg seharga Rp 20.000 dan mengambil beberapa foto tentang kondisi pasar.

Setelah balik ke penginapan saya beristirahat dan memutuskan berjalan kaki lagi untuk mencari lokasi mall Matahari dan Pasar Raya yang berdekatan. Ternyata tidak jauh juga dari penginapan saya di Wisma Immanuel,setelah itu saya menikmati gorengan yang agak unik dibandingkan jenis gorengan di daerah lain,ada menu perkedel jagungnya dan ada satu jenis gorengan yang dijual Rp 1000 untuk 5 potong yang belum saya ketahui namanya. Setelah itu pun saya balik ke penginapan dan mandi untuk bersiap siap ke Museum Adityawarman yang juga tidak jauh dari penginapan saya.

Selesai mandi saya pun bergegas ke lokasi Museum Adityawarman dan membayar tiket Rp 3.000,sebelum masuk ke ruangan museum,ada taman yang sangat ramai dikunjungi. Berbeda dengan di daerah lain,museum menjadi tempat favorit warga dalam menikmati liburan di Kota Padang ini,dari seorang petugas museum,saya jadi tahu bahwa pengunjung museum di hari itu saja mencapai 1000 orang lebih!
Saya lihat memang banyak orang tua mengajak anaknya menikmati museum yang koleksinya berkaitan dengan budaya Minangkabau ini.

Koleksi Museum Adityawarman berupa pakaian,alat masak,alat berburu,senjata,kain tenun,perhiasan khas Minang,juga ada penjelasan ttg konaep matrilineal,jenis jenis rumah gadang,profil kerajaan kerajaan yg pernah ada di Minang,ada kain khas dari propinsi lain,juga ada satu ruangan khusus yg didekasikan untuk peringatan kejadian gempa di Padang tahun 2009 kemarin.Setelah puas berkeliling saya pun menemui penjaga museum untuk bertanya ttg beberapa hal khususnya sejarah arti kata Minangkabau yg akhirnya merembet ke banyak hal yg berkaitan dg budaya Minang.Saya pun akhirnya dikasih oleh oleh berupa buku ttg Raja Adityawarman...

Sepulang dari museum dan beristirahat,saya mencari lokasi mini bus menuju Bukittinggi yg berada di Alu Karang yg lokasinya di seberang Basco Mall. Setelah itu saya balik ke penginapan menunggu berita dari Yoga,teman kuliah yg ngajak ketemuan.Ternyata dia mengajak ketemu di Martabak Arham di jalan Imam Bonjol,tidak jauh dari lokasi penginapan saya. Yoga ternyata sedang berlibur bersama keluarganya di Kota Padang. Sepulang dari ketemuan,saya mampir ke sebuah warung dan memesan es campur seharga Rp 5.000.

Hari ke-12: Solok dan Padang

Tour de Sumatera Hari ke-12
26 Juni 2017
Suasana Angkot di Kota Padang Mirip Seperti di Diskotik

Saya berangkat ke Padang dr Solok skt jam 14.00 menggunakan mini bus jurusan Solok-Padang dengan ongkos Rp 18.000,naik di by pass dkt perbatasan kota Solok dan turun si Simpang Haru di Kota Padang. Perjalanan sekitar 2 jam dan kemudian saya naik angkot dg ongkos Rp 5.000 ke Pasar Raya trus lanjut naik angkot orange ke Asrama Haji Sumbar untuk ketemu teman kuliah dan untu bertanya tarif menginap di asrama haji tsb.
Setelah sampai di asrama haji ternyata tarifnya Rp 250.000 per malam,di luar budget saya,tadinya saya berharap bisa menginap di barak namun tidak bisa karena minimal hrs diisi 20 orang. Lalu saya menunggu teman saya,Mamuri, di masjid asrama haji tsb,Mamuri tinggal tidak jauh dari asrama haji tsb. Tidak lama kemudian,Mamuri datang dan mengajak saya ke tempat tinggalnya. Di tempat tinggalnya,saya bisa mencoba hidangan lontong sayur dengan lauk rendang juga tape ketan,lumayan menghemat pengeluaran makan. :)
Tape Ketan ala Minang

Setelah bertamu,saya pun pamit karena belum  mendapatkan tempat menginap,lalu saya menuju Wisma Immanuel dengan menggunakan angkot,lokasinya ternyata dekat Pantai Padang dan berada di pusat kota. Wisma ini milik yayasan kristen,dan juga dipakai untuk kebaktian. Saya akhirnya mendapatkan sebuah kamar dg tarif Rp 150.000 per malam dg fasilitas fan,handuk,sabun,air mineral, sarapan,dan wi fi,lumayan kan...:)
Setelah beristirahat dan mandi,saya memutuskan untuk mencari lokasi Es Durian Ganti Nan Lamo,salah satu tempat kuliner terkenal di sini.
Es Durian Ganti Nan Lamo

Setelah berjalan kaki dan bertanya kepada seorang tukang parkir,akhirnya saya menemukan lokasi es durian tsb. Lokasinya di jalan HOS Cokroaminoto,di daerah tsb ternyata banyak tempat kuliner menarik dan ramai terutama di jalan Pondok. Harga es durian ini Rp 24.000,tapi lumayan enak lah shg saya tidak menyesal mencobanya...:)
Setelah itu saya kembali ke penginapan dan berjalan ke arah pantai,rupanya di sana juga banyak orang berjualan di tepi pantai,tapi saya memilih menu lontong malam yg berada tidak jauh dr penginapan dg harga cuma Rp 10.000 plus telor dadar.
Lontong Malam

Hari ke-11: Solok dan Sawahlunto

Tour de Sumatera Hari ke-11
25 Juni 2017
Anggota Pramuka Sedang Menarik Infaq Sebelum Sholat Ied di Solok

Pihak penginapan menyediakan lontong sayur dan teh manis sebagai menu sarapan,kejutan yg menyenangkan sebelum berangkat sholat Ied. Lokasi sholat Ied dg jumlah peserta terbesar ada di Lapangan Merdeka yg juga dihadiri oleh Pak Walikota,jam 7.00 saya menuju ke sana,dan ternyata ada banyak penjual sate padang di sekitar lokasi. Karena kondisi jamaah masih relatif sepi,saya putuskan untuk menikmati sate padang seharga Rp 20.000,kata penjualnya ini sate padang asli Alahan Panjang.
Suasan Sholat Ied di Lapangan Merdeka Solok

Para Pedagang Sate Yang Berjualan di Sekitar Lapangan Merdeka Solok di Kala Sholat Ied

Setelah itu saya mencari posisi untuk sholat dan hal yg menarik perhatian saya adalah adanya anggota pramuka yg dilibatkan dlm penarikan infaq. Setelah sholat,ada khutbah dengan tema hoax,mungkin ini karena Solok mencuat karena kasus persekusi kemarin.
Setelah itu saya menuju penginapan,beristirahat dan berjalan jalan keliling akt pusat kota untuk mengamati kondisi Solok ktk lebaran. Lalu saya balik ke penginapan untuk bersiap menuju Sawahlunto,yg lokasinya sekitar satu jam dari Solok.
Pedagang Kopi di Solok

Sekitar jam 11.00 saya berjalan kaki sekitar 45 menit ke lokasi dimana terdapat mini bus ke Sawahlunto.Saya berhenti di sebuah gerobak tukang sate Daguang Daguang asli Payakumbuh,dan mencobanya dg harga lebih murah,Rp 13.000 saja. Lalu syaa bertanya dimana lokasi mini bus menuju Sawahlunto,katanya belum ada mini bus ke Sawahlunto yg lewat mungkin karena hari pertama lebaran shg banyak sopir yg libur.Tapi si tukang sate menyarankan saya menunggu di pool travel,siapa tahu ada travel yg ke sana.
Sate Dangung Dangung

Saya pun menuju ke lokasi pool travel dan menunggu kendaraan yg ke sawahlunto,ternyata saya beruntung karena tidak lama kemudian ada mobil angkutan umum yg menuju ke Sawahlunto dan saya cukup membayar Rp 10.000 saja untuk ke sana.
Sekitar satu jam,saya pun nyampe ke pusat kota Sawahlunto,tata kotanya mirip dengan kotan Banf yg pernah saya kunjungi ketika ke Kanada tahun 2011 dulu. Kata petugas wisatanya, tata kota ini mirip di Belanda,banyak gedung peninggalan Belanda di Kota ini. Kota yg dulunya terkenal dengan produksi batubara ini juga menyajikan wisata bekas tambang batubara seperti gedung ransoem,lokasi sumur penggalian batubara,kerajinan dr bahan batubara. Saya mengunjungi lokasi penggalian dan gedung ransoem tersebut tapi hanya dari luar karena sedang tutup,saya pun jg berkunjung ke Museum Kereta Api Sawahlunto yg dulunya stasiun.
Pusat Kebudayaan di Sawahlunto

Setelah puas mengambil foto,saya pun pulang ke Solok dengan naik ojek seharga Rp 15.000 ke Muara Kaban untuk mencari mobil ke Solok yg tarifnya Rp 10.000.
Setelah sampai di Solok,saya memutuskan mengunjungi Masjid Al Muhsinin yg megah tsb untuk sholat dan mengambil foto,baru setelah itu ke penginapan.
Sorenya saya nonton MotoGP di warkop dekat penginapan.
Gedung Pegadaian Yang Merupakan Salah Satu Bangunan Peninggalan Belanda  

Hari ke-10: Solok dan Tanah Datar

Tour de Sumatera Hari ke-10
24 Juni 2017


Tak lama setelah sahur di daerah sawahlunto,bis pun tiba di Solok,dan saya pun turun dan mampir di sebuah warung untuk mempelajari situasi. Sambil minum teh dan makan mie instan,saya bertanya dimana lokasi masjid terdekat,ternyata tidak jauh,hanya skt 100-200 m saja. Saya agak terkejut dwngan tampilan mie instan yg disajikan yg terlihat merah membara karena penuh sambal,saya bertanya dalam hati gimana bisa semerah itu tampilannya,dua hari kemudian saya baru paham sambal cabe merahlah penyebabnya,rasa mie jadi lebih asin dan pedas.Jam waktu sudah menunjukkan pukul 04.00,saya pikir sebentar lg pasti subuh sehingga makan pun saya percepat...

Setelah selesai makan,saya menuju Masjid Syukur dan ambil air wudhu,disitu saya baru tahu ternyata subuhnya masih lama yakni jam 04.55 :)
Sehabis sholat subuh saya bertanya kepada seorang pemuda jamaah masjid tsb dimana letak penginapan yg murah,si pemuda menunjukkan Ully Hotel di daerah pasar. Saya pun meninggalkan masjid menuju pasar untuk mencari lokasi Ully Hotel dan akhirnya ketemu setelah berjalan skt 30 menit. Selama perjalanan,saya mendapati sebuah masjid megah yg merupakan masjid terbesar di Solok bernama Al Muhsinin.
Saya juga mendapati banyak bangunan khas minang di sepanjang jalan yg digunakan sbg tempat usaha.
Setelah sampai di Ully Hotel,saya bertanya ttg tarifnya ternyata cukup mahal,Rp 175.000 per malam,tp tampaknya ini tarif penginapan termurah di Kota Solok....


Setelah beristirahat beberapa saat dan berpikir akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Istana Pagaruyung di daerah Batusangkar,skt 2 jam perjalanan dr Solok. Untuk menuju ke lokaasi biasanya menggunakan bis mini Yanti,warna merah putih,namun bis ini jarang dan sekali ada nunggunya bisa 1,5 jam sendiri.
Atas info salah satu makelar disitu,akhirnya saya menggunakan bis mini jurusan Solok-Bukittinggi,trus nanti turun di Simpang Kubu dg tarif 15.000,lalu naik angkot jurusan ke Terminal Dabo seharga Rp 10.000,baru setelah itu naik ojek ke Istana Pagaruyung dengan ongkos 10.000.

Akhirnya saya sampai di Istana Pagaruyung,memang indah dan megah sekali,dilatarbelakangi pemandangan yg luar biasa menawan dan langit yg biru.Istana Pagaruyung memiliki 3 lantai dengan fungsinya masing-masing.
Setelah puas menikmati Istana Pagaruyung,saya balik ke Terminal Dabo dg ongkos ojek Rp 10.000,lalu menggunakan bis mini Yanti Rp 20.000,ternyata jalur balik ini lebih pendek jarakny dan murah,hanya memang harus menunggu sekitar 45 menit.
Malamnya saya putuskan untuk menikmati suasana kota Solok menjelang lebaran yg rame sekali,banyak pedagang yg mengobral barangnya.Saya juga menik mati masakan Padang Cucu Mak Marah dan Sate Ajo Pariaman,trus disambung dengan bandrek telur....:)




Hari ke-9: Jambi

Tour de Sumatera Hari ke-9
23 Juni 2017


Masjid Seribu Tiang

Pagi pagi saya berangkat ke pusat kota menggunakan angkot namun setelah sampai di Museum Perjuangan Rakyat Jambi saya kecele,ternyata museum tutup karena cuti bersama. Saya pun berjalan kaki menuju Pasar Angsa Duo untuk sekedar mengambil foto. Setelah itu saya balik ke penginapan untuk bersiap menuju Sumatera Barat dengan menggunakan jasa bis Usaha Murni jam 14.00.
Pasar Angsa Duo

Suasana Pasar Angsa Duo Jambi

Salah Satu Simpang di Kota Jambi

Jam 14.00 tepat bis Usaha Murni berangkat,untungnya cuaca mendung sehingga suasana di dalam bis yang penuh orang  dan berdesakan tidak terasa panas. Kondisi bis sudah saya perkirakan bakal tidak nyaman namun kondisi riilnya ternyata tidak sehoror yg saya duga,kursinya lebih enak dari dugaan saya,bis juga full music shg perjalanan tidak terlalu membosankan. Bis berhenti berulangkali entah untuk menaikturunkan penumpang, mengambil titipan,isi bensin,lapor ke petugas kepolisian/dllajr,atau istirahat makan menjelang buka dan jam 2.00 untuk makan sahur.Kami istirahat makan untuk berbuka puasa masih di daerah pinggiran Jambi,sedangkan istirahat untuk sahur di daerah Sawahlunto.
Bis Usaha Murni Jambi-Sumbar


Menunggu Bis Berangkat

Hari ke-8: Kota Jambi

Tour de Sumatera Hari ke-8
22 Juni 2017


Setelah sampai di Kota Jambi dan melepas lelah di Masjid Baitul Haq,saya mencari penginapan murah via tlp dan akhirnya mendapatkan Penginapan Putri Pinang Masak dg tarif Rp 100.000 per hari. Lalu saya berjalan kaki mencari lokasi penginapan yg kata google map sejauh 1,4 km dan akhirnya menemukannya. Lokasi kamarnya berada di lantai 4 dan harus menggunakan tangga,lumayan untuk olahraga. :)


Setelah sejenak beristirahat di penginapan,saya memutuskan prioritas utama hari itu adalah mencari transportasi ke Sumatera Barat.Awalnya saya mencarinya dg cara menelpon bbrp kartu nama travel yg dimiliki oleh penginapan,namun tidak satu pun yg memuaskan,entah udah tidak melayani jasa tersebut atau tidak lagi melayani rute ke Sumatera Barat. Oh iya ketika berjalan kaki dr Baitul Haq ke Penginapan,saya sempat bertanya ke pool bis Family Raya jurusan Padang,namun bis mereka penuh hingga tanggal 26 juni!



Saya akhirnya mikir kenapa ngga ke terminal saja,bukankah di sana banyak loket dari berbagai bis.
Akhirnya saya menuju Terminal Kota Baru dengan menggunakan angkot atas info dari petugas hotel. Setelah sampai di terminal,saya memang banyak menemui loket bis dari berbagai jurusan namun kebanyakan tutup,mungkin karena sudah tidak menerima penumpang lagi. Untungnya saya menemukan satu loket yg masih buka yakni loket bis Usaha Murni dengan menggunakan armada bis khas Sumatera dengan harga tiket Rp 120.000,separuh dari harga tiket bis Family Raya yg Rp 250.000.

Saya pun lega karena rencana berlebaran di Sumatera Barat kemungkinan besar berhasil terlaksana dg adanya tiket bis Usaha Murni ini. Saya memutuskan untuk berkeliling kota Jambi setelah itu dg menggunakan angkot dg tarif Rp 5.000 dan mengobrol banyak ttg Jambi dengan si sopir angkot yg asli Talang,Sumatera Barat.Saya sempat melewati Masjid Seribu Tiang,Museum Perlawanan Rakyat Jambi,Pasar Angsa Duo,Mall WTC.
Setelah puas berkeliling kota Jambi,saya kembali ke penginapan untuk beristirahat hg sore hari. Menjelang buka puasa saya memilih menu sop buah yg dekat dengan penginapan dan saya kaget dg harganya yg cuma Rp 6.000,padahal untuk menu yg sama di jakarta bisa Rp 10.000. Harga seporsi sate padang pun cuma Rp 10.000,padahal di jakarta Rp 15.000!

Selepas itu saya kembali ke penginapan untuk berpikir ttg apa yg hrs sy lakukan setelah itu dan timbul ide mencari tempoyak. Demi mencari tempoyak,saya berjalan kaki menyusuri jalan utama kotaa Jambi dan akhirnya menemukannya. Setelah itu saya melihat banyak orang berjualan bandrek di sekitar Tugu Perjuangan,akhirnya saya mencobanya,bandrek campur susu.Enak juga apalagi ditambah dengan asyiknya mengobrol dg si penjualnya yg wawasannya luas,dan lagi lagi asli sumatera barat...

Pengalaman Naik Kapal Feri

Pengalaman Naik Kapal Feri

Ini pertama kalinya saya naik kapal feri ekonomi di masa mudik dengan tanpa kendaraan. Ternyata situasinya mirip naik kereta api sebelum direformasi oleh Jonan.Penumpang berebut naik karena takut ga kebagian tempat,banyak yg menerobos antrian,org merokok di dalam kapal,dan ada yg  berjualan asongan di dalam kapal.
Kondisi ini masih diperumit dengan penumpang bersepeda motor,dan penumpang bermobil.Antrian mobil udh mencapai 100 m di luar pelabuhan Tanjung Kalian.Tiketnya memang murah cuma Rp 40.000,jauh lebih murah dibandingkan kalo naik kapal jetfoil yg bisa Rp 250.000 untuk pwnyeberangan Muntok-Palembang ini.
Tapi positifnya saya jadi punya empati pada pemudik ferry ini terutama dengan para ibu yg membawa anak kecil atau bayi,terlihat jauh lebih repot...
Untungnya pihak ASDP mengistimewakan para ibu dg anak bayi ini dengan membuat antrian khusus dan masuk kapal duluan...

Calo Transportasi

Calo Transportasi

Begitu naik pesawat ke Belitung,sy diwanti wanti oleh penumpang di sebelah saya hati hati kl di Bangka dan Sumsel terutama ktk nyari kendaraan transportasi. Hal itu mulai terbukti ktk hari keempat Tour de Sumatera,saya ditarik Rp 20.000 utk angkot menuju penginapan,padahal tarif resminya Rp 5.000 saja,daripada rame ya udh saya bayar,toh dia jg kasih tahu lokasi penginapan Srikandi yg sy tuju....

Kejadian kedua masih di Kota Pangkalpinang-Bangka,ketika itu dlm perjalanan Pangkalpinang-Muntok,sy nanya travel dr Muntok-Palembang ke sopurnya,lalu dia sambungkan saya dengan kenalannya dan dia bilang semuanya habis Rp 490.000,karena sy udh survei sebelumnya saya menolak dg halus,padahal realisasinya saya cuma habis Rp 215.000 dr Muntok ke Jambi....

Nah yg paling parah adalah ketika saya naik Damri dari Tanjung Siapi Api ke Palembang,saya bertanya ke sopir damrinya brp biaya bis dr Palembang ke Jambi,si sopir tsb jg menyambungkan saya ke temannya dan biayanya Rp 170.000 menggunakan travel,tp saya kira tdk semahal itu jika naik bis,shg saya tolak secara halus juga....
Ketika bis Damri memasuki kota Palembang,tiba tiba kenek bisnya bilang yg mo ke Jambi dan Lampung turun sekarang,lalu saya pun turun dg 2 org lainnya,ternyata sy sudah disambut travel teman dr si sopir bis ini.Saya pun balik ke bis dan bilang tujuan saya mo ke terminal untuk nyari bis saja,tp si sopir Damri blg kl travek tsb akan mengantar sy ke pool bisnya,krn si agen memakai seragam sebuah bis,saya percaya saja. Lalu saya pun turun dr bis damri utk kedua kalinya, dan bertemu dg pihak travel lg,tp sy lihat dia begitu memaksa,akhirnya saya putuskan meninggalkan mrk walau terus dipanggil-panggil,saya tidak menoleh sedikit pun. Selang bbrp lama,ada seorang ojek datang dan menawarkan jasanya,sy bilang mo ke pool bis IMI terdekat dan dia menyanggupi dg ongkos 20.000 saja.

Selama perjalanan saya bbrp kali menjumpai orang orang yg dipermainkan para calo ini,seperti ktk dlm perjalanan Pangkalpinang-Muntok,ada 5 org yg mau saja membayar Rp 150.000 dr Payung-Muntok,padahal tarif travel Pangkalpinang-Muntok cuma 45.000,sedangkan waktu tempuh Payung-Pangkalpinang cuma 1,5 jam. Lalu di Pelabuhan,saya ketemu dengan seorang pemuda beserta keluarganya yg harus membayar mahal utk perjalanan Muntok-Jambi. Orang orang yg kurang informasi ini makanan empuk bagi para calo ini...

Hari ke-7: Muntok dan Palembang

Tour de Sumatera Hari ke-7
21 Juni 2017
Kapal Feri Muntok-Palembang
Sekitar jam 7.30, saya diantar pemilik penginapan, Pak Akun, ke Pelabuhan Tanjung Kalian untuk naik kapal feri menuju Palembang dengan jasa Rp 20.000. Sudah ada antrian mobil sepanjang sekitar 100 m di depan pelabuhan, juga ada antrian motor di dalam pelabuhan,untungnya tidak ada antrian membeli tiket untuk penumpang tanpa kendaraan,hanya memang harus antri untuk menunggu giliran masuk kapal. Tiket kapal feri Rp 40.000 sudah saya dapatkan dan menunggu pintu masuk dibuka selama 1 jam. Sekitar jam 10.00 kapal berangkat dan sampai pelabuhan Tanjung Siapi Api sekitar jam 15.00,sebenarnya jam 14.00 kapal sudah mencapai pelabuhan hanya butuh waktu 1 jam kapal benar benar mendarat,mungkin karena menunggu giliran mendarat.
Tiket Kapal Feri

Suasana Antrian Penumpang Bersepedamotor

Suasana Antrian Penumpang Tanpa Kendaraan

Saya lalu menuju lokasi parkir bis yang akan menuju Palembang,saya memilih Damri dan membayar tiket Rp 45.000. Perjalanan dari pelabuhan yang berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin ke Palembang memakan waktu sekitar 2 jam dan berhenti sekali di sebuah warung. Selama perjalanan saya sempat bertanya kepada pak sopir tentang kendaraan ke Jambi dan dia menghubungkan temannya yang merupakan agen travel ke saya dan ternyata biayanya Rp 170.000. Saya rasa ini masih terlalu mahal dan akhirnya tidak saya ambil,saya lebih baik memakai bis saja. Pak sopir ini rupanya tidak menyerah, setelah sampa di Kota Palembang,penumpang yang mau ke Lampung dan Jambi diturunkan di sebuah tempat dan kami disambut dengan sebuah mobil travel, tapi melihat gelagatnya saya merasa tidak nyaman dan saya putuskan tidak mengambil travel tersebut,lalu saya tinggalkan mereka dan berjalan kaki mencari angkutan alternatif. Ketika berjalan kaki menuju perempatan,ada seorang tukang ojek menghampiri dan menawarkan jasanya,saya minta diantar ke pool bis IMI, bis yang sering dipakai untuk koneksi Palembang-Jambi,karena harga ojeknya hanya Rp 20.000 lalu saya menuju ke pool bis tersebut.
Pelabuhan Tanjung Siapi Api

Damri Tanjung Siapi Api - Palembang

Kondisi Interior Bis Damri

Setelah sampai di pool bis IMI,saya bertanya ke petugasnya berapa harga tiket bis ke Jambi ternyata hanya Rp 90.000 saja. Saya memilih jam pemberangkatan yang paling akhir yakni jam 20.00 agar bisa tidur di perjalanan karena berdasarkan informasi durasi perjalanan sekitar 7 jam. Lalu saya menuju masjid terdekat di daerah km 10 Palembang,saya diajak berbuka gratis di sana dengan menu kue onde-onde,gorengan,pastel dan empek-empek.Selepas itu saya menuju pool bis lagi dan mencoba nasi pindang,menu yang baru saya rasakan pertama kalinya.
Jam 20.00 bis berangkat menuju Jambi dan berhenti sekali untuk makan malam sekitar jam 22.00,perkiraan saya salah ternyata perjalanan lancar walau sekarang masa mudik,bis akhirnya sampai di Jambi sekitar 03.00. Setelah nongkrong di warung beberapa saat akhirnya saya memutuskan beristirahat di masjid Baitul Haq, tak jauh dari lokasi pool bis.
Pool Bis IMI

Bis Palembang-Kota Jambi

Kue Bolu Cap Bola Dunia

Tempat Peristirahatan Bis Palembang-Kota Jambi

Nasi Pindang

   

Hari ke-6: Pangkal Pinang dan Muntok

Tour de Sumatera Hari ke-6

20 Juni 2017

Wisma Ranggam

Jam 6 pagi saya meninggalkan Penginapan Srikandi di Pangkalpinang untuk menuju Terminal Kampung Kramat dimana lokasi bis ke Muntok berada dengan menggunakan angkot seharga Rp 5.000.Ternyata belum sampe masuk terminal sudah ada 2 kendaraan yg sedang mencari penumpang ke Mentok satu bis dan satu mobil travel,si kenek bis menyarankan saya menggunakan travel saja karena berangkat lbh cepat,lalu saya tanya ke makelar travelnya berapa ongkosnya,ternyata Rp 45.000,maka saya putuskan untuk menggunakan travel...

Travel Pangkalpinang-Muntok

Perjalanan Pangkalpinang-Muntok
Belum sempat jauh berangkat,sopirnya marah marah ke makelarnya krn penumpang yg dia bawa dicharge oleh makelar,mestinya langsung bayar ke dia. Setelah beberapa saat,travel pun berangkat,ada ibu muda sebelah saya resah karena jadwal kapalnya berangkat jam 8.30 sedangkan travel itu baru akan nyampe Muntok jam 9.30 shg takut tiketnya hangus,dia bingung mo gimana,akhirnya saya usulkan utk kasih tahu ibunya,tp ternyata dia kehabisan pulsa,akhirnya dengan menggunakan hape saya,dia berhasil mengontak ibunya. Saya bertemu dengan orang orang seperti ibu muda ini beberapa kali dan mereka ini santapan empuk bagi para calo...
Nanti saya akan bikin tulisan khusus ttg percaloan di Sumatera ini...
Penginapan Kita

Setelah tiga jam perjalanan dan mencapai Muntok,saya minta sopirnya berhenti di jalan Tanjung Kalian untuk menginap di Penginapan Kita. Penginapan ini saya tahu dari internet dan saya tidak tahu dimana lokasinya tetapi ternyata dilewati rute travel shg memudahkan saya.
 Penginapan Kita ternyata milik seorang Tionghoa bernama Pak Akun,beliau senang sekali melihat saya berasal dr Sidoarjo krn beliau punya saudara di sana. Tarif kamarnya yg paling murah Rp 120.000 dg kamar mandi dalam dan fan. Saya pun menyewa motor beliau dengan tarif Rp 60.000 per 24 jam,lalu saya istirahat sebentar. Setelah melepas lelah,saya pun bernagkat ke Wisma Ranggam,rumah pengasingan Bung Karno dan Haji Agus Salim,saya di sana hanya skt 20 menit saja.

Interior Wisma Ranggam dengan banyak koleksi fotonya

Ruangan tidur Bung Karno di Wisma Ranggam
Atas petunjuk penjaga Wisma Ranggam,saya lanjutkan perjalanan ke Pesanggrahan Menumbing yg lokasinya di Gunung Menumbing,saya tidak menyangka jalan menuju lokasi seseram itu. Jalan menanjak skt 6 km,sepi,tidak ada kendaraannyg melintas sama sekali,jalan juga sempit,hanya cukup 1 mobil,saya sempat berpikir untuk mengurungkan niat tapi saya pikir udh terlanjur basah kan,ya udah dilanjutkan saja,tanpa diduga begitu nyampe lokasi pesanggrahan malah banyak org di sana. Penjaganya aja ada 15 orang,belum ditambah pengunjung yg mencapai 10-20 orang saat itu. Lokasinya nyaman sekali,sejuk dan tenang....
Area depan kompleks Pesanggrahan Menumbing

Bangunan utama Pesanggrahan Menumbing

Ruangan rapat Pesanggrahan Menumbing

Setelah balik dari Pesanggrahan Menumbing saya memutuskan untuk beristirahat sebentar di Penginapan dan berpikir untuk lokasi selanjutnya. Setelah istirahat sekitar 1-2 jam,saya memutuskan menuju Museum Timah Muntok yg koleksinya lebih lengkap drpd Museum Timah di Pangkalpinang. Selain sejarah timah,juga ada sejarah pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta,juga sebuah ruangan khusus yg didedikasikan untuk Suster Vivian Bullwinkel dari Australia yg dulu kapalnya dibom oleh Jepang di masa Perang Dunia ke-2 dan pernah ditahan di kamp Jepang di Muntok.
Museum Timah Muntok

Koleksi Museum Timah Muntok

Ruangan Geologi dan Eksplorasi Museum Timah

Jenis jenis timah'
Setelah puas menikmati koleksi Museum Timah,saya ngobrol dengan penjaga museumnya dan mendapatkan info soal Pasar Ramadhan di lapangan sebelah museum yg menjual aneka kue asli Muntok,saya baru tahu kalo Muntok pernah mendapatkan penghargaan MURI  sbg "kota dengan seribu kue".Lalu saya pun berbelanja aneka kue khas Muntok seharga Rp 16.000 dan balik ke penginapan lagi untuk beristirahat.
Suasana Pasar Ramadhan

Pelite, kue kesukaan Bung Karno


Kue Muntok yang saya beli di Pasar Ramadhan



Setelah melepas penat,saya memutuskan mencari lokasi Klentheng dan Masjid yg bersebelahan yg lokasinya di Pasar Muntok plus pergi ke Rumah Mayor China. Akhirnya saya menemukan kedua lokasi tersebut dan sempet kesasar ke Pelabuhan Muntok dimana para nelayan berlabuh dan membawa hasik tangkapannya. Malamnya ada asedikit kejutan dari Pak Akun,ternyata tamu di penginapan tersebut disediakan santapan sahur juga!
Masjid dan Klenteng yang bersebelahan

Klentheng Kong Fuk Miau

Masjid Jami'

Rumah Mayor China

Halaman rumah Mayor China